(Sebuah catatan kecil tentangnya)
Dari sebuah Desa kecil di wilayah Kecamatan Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, telah lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Shofwan, tepatnya tanggal 10 Juli Tahun 1928. Sedangkan nama Abdul Hadi adalah nama tambahan yang baru disematkan sepulangnya beliau nyantri dari Jampes Kediri JawaTimur.
Belia ulahir dari seorang ayah yang bernama
H Zaenuri Bin H Thoyib dan dari Ibu yang bernama Maidah,anak kedua dari empat bersaudara ,Beliau hanya mengenyam pendidikan formal sampai dengan SR (sekolahrakyat),
Shofwan muda kemudian memperdalam ilmu tentang Al-Qur’an di
Pondok Pesantren di Desa Soropaten Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang dibawah asuhan Simbah Kyai Shobari, lalu meneruskan nyantri di Pondok Pesantren Watucongol Kecamatan Muntilan Magelang dibawah asuhan Simbah Kyai Dalhar, dan kemudian melanjutkan kembali nyantri di Pondok Pesantren Jampes Kediri Jawa Timur dibawah asuhan Simbah Kyai Ihsan Bin Dahlan. Dan dari Syeikh KH Ihsan bin Dahlan
Al Jampesi inilah beliau tersambung langsung dengan sang pengarang kitab Siraj al Thalibin yang dituliskan beliau dalam sampul depannya kalimat :
“Ta’allamtuhadza al kitab
‘indamu’allifihi”
Aku belajar langsung kitab ini (Siraj
al Thalibin) dari pengarangnya.
Dari latar belakang inilah besar kemungkinan karakter ahlak dan tasawuf beliau KH Abdul HadiShofwan terbangun.
Tahun 1950 Beliau menikah dengan Siti Dzalfah Binti H Dahlan dari Kerokan Kutoanyar Kedu Temanggung dan dari pernikahannya itu dikaruniai 9 anak. Sepulang dari Pondok Pesantren Beliau menekuni bidang Politik dan bergabung kedalam Organisasi NU.
Sikap dan sifat keseharian Beliau ;
Beliau adalah sosok pendiam berwibawa, tidak pernah marah dan suka menolong kepada siapapun. Kuat pendirianya dan selalu berfikir positif. Sangat peduli terhadap pendidikan sehingga banyak mendirikan lembaga-Lembaga pendidikan di Kabupaten Temanggung dari tingkat dasar sampai kejenjang perguruan tinggi. Kepeduliannya tersebut dimulai ketika beliau mewadahi beberapa santri yang ingin ikut mengaji di dalam sebuah lembaga Pondok Pesantren Mu’allimin pada sekitar tahun 1958. Kemudian pada masa itu, Beliau yang mempunyai pemikiran dan gagasan visioner merasa perlu adanya lembaga pendidikan Islam formal guna memfasilitasi putera puteri masyarakat Islam dan NU untuk mendapatkan bekal bagi mereka untuk berhidmat dan member kemanfaatan di
tengah-tengah masyarakat. Maka didirikanlah pendidikan formal
Mu’allimin 6 Tahun Temanggung pada sekitar Tahun 1960 an.
Padaeranya, selain dikenal sebagai sosok yang sangat concern
di dunia pendidikan, beliau juga dikenal sebagai birokrat, organisatoris,
dan politisi atau ahlu Assiyaasah yang mumpuni dan disegani di wilayah Kabupaten Temanggung. Maka bukanhal yang aneh ketika pada awal tahun 1980 sampai 1990an bahkan sampai saat ini banyak pejabat birokrasi, guru, atau tokoh agama adalah merupakan santri beliau atau lulusan (alumnus) Pondok dan Madrasah Mu’allimin Temanggung.
Beberapa catatan aktifitas KH. Abdul
HadiShofwan di dunia Organisasi.
PadaTahun: 1955 – 1964 Beliau Menjabat sebagai Katib Syuriah NUTemanggung
1956
– 1959 Beliau Menjadi Ketua Gerakan Pemuda Ansor Temanggung
1973 – 1987 Beliau Menjadi Ketua Tanfidziyah NU Cabang Temanggung
1985 – 1987 Beliau Menjadi Ketua Tanfidziyah NU Wilayah
Jawa Tengah
Sebelumnya pernah pula menjadi anggota Badan Kerjasama Pemuda Militer (BKPSM), Sekretaris Front Nasional dan Anggota Penerangan PEPEKUPER
Temanggung.
1959 – 1987 Direktur /
pendiri Komplek Pendidikan Islam Mu’allimin Jampirejo
Temanggung.
1969 – 1977 Kuasa Dekan Fakultas Syari’ah UNNU Temanggung
1977 – 1987
Dekan Fakultas Hukum Islam UNNJU Temanggung
1965 - 1970Kepala Desa Jampirejo Temanggung
1964 – 1976
Hakim Anggota Pengadilan Agama KabupatenTemanggung
Wakil Ketua DPR-GR( 3Tahun )
1971 – 1987
Wakil Ketua DPRD KabupatenTemanggung.
Entah karena sebab apa, suatu ketika Beliau pernah berandai-andai, Beliau mengatakan ; andaikan saja para Ulama’ panutan Masyarakat di Temanggung bias meniru tokoh Ulama’ panutan di wilayah Kabupaten Magelang ( Simbah KH Siraj Payaman dan Simbah KH Dalhar Watucongol Muntilan ) maka semua akan terangkat derajatnya, kemudian Beliau menjelaskanapa yang
dimaksudkan ;
Setiap orang yang sowan simbah Siraj Payaman selalu disarankan untuk sowan Simbah Dalhar Watucongol Muntilan karena menurut Beliau, Simbah Dalhar lebih alim, namun ketika ada orang yang sowan simbah Dalhar, selalu ditanya sudahkah sowan Simbah Siraj Payaman kalau sudah maka sudah cukup, karena menurut Beliau Simbah Siraj lebih alim.
Karena Beliau berdua saling memuji, maka keduanya menjadi terangkat derajatnya dan keduanya menjadi “Wali” Allah, Subhaanallah….
Diantara sahabat karibnya ;
Simbah KH. Maemoen Zubair Sarang Rembang, KH. Zamroni (Jakarta),
Pof. Dr. Tholhah Manshur,SH. KH. Saiful Mujab (Jogja), KH Zubaer
(Solo), KH. Imam Shofwan (Semarang) H. Karmani,SH., DR Umar Wachid, (Jakarta),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar