div id='fb-root'/>
  • CAKNUN.
  • Bersama Zastrow el-ngatawi
  • Jombang 1-5 Agustus 2015.

Rabu, 28 Januari 2015

KYAI NYELENEH GUS MIEK

Gus Miek adalah panggilan akrab dari KH. Hamim Thohari Jazuli, putera dari Al 'Arifubillah Almaghfurlah KH. Ahmad Jazuli Utsman pendiri Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri. Cerita-cerita ganjil dan karomah yg dimiliki Gus Miek telah menyebar luas dan melegenda di masyarakat, sebagaimana masyhurnya sosok Gus Miek sebagai pribadi yg tergolong kontroversial namun memiliki ketinggian spiritual yg tdk diragukan. Informasi-informasi tentang Gus Miek menjadi semacam legenda di masyarakat sehingga terkadang memunculkan mitos dan kultus terhadap kyai yg semasa hidupnya nyentrik dan dikenal sebagai waliyullah besar itu.

Mantan Presiden RI ke-4, KH. Abdurrahman Wahid yg sangat akrab dan menaruh hormat dgn Gus Miek, pernah mengisahkan kejadian menarik tentang Gus Miek.
Di beranda sebuah surau di Tambak, Mojo, Ploso, Kediri, Gus Dur berhasil menemui Gus Miek. Tadinya, sebelum sampai di surau itu, Gus Dur membuntuti mobil yg ditumpangi Gus Miek dari kejauhan. Setelah membelok ke barat dan kemudian ke utara melalui pararel, akhirnya mobil itu berhenti di depan surau itu. Dan ketika Gus Dur sampai di surau itu, Gus Miek sdh meninggalkan mobilnya, sdh berada di dlm surau.
Dari beranda surau, Gus Miek menunjuk sebidang tanah yg bersebelahan dgn pekarangan surau.
"Di situ nanti Kyai Ahmad akan dimakamkan. Demikian juga saya. Dan nantinya sampean," kata Gus Miek kpd Gus Dur.
Dikatakan Gus Miek, tanah itu sengaja dibelinya utk pemakaman para penghafal Al Qur'an. Tentu saja, Gus Dur mengatakan kpdnya bahwa dirinya bkn penghafal Al Qur'an. Gus Miek menjawab,"Bagaimanapun sampean hrs dikuburkan di situ."
Belakangan diketahui bahwa Kyai Ahmad yg dimaksudkan oleh Gus Miek dlm pesannya kpd Gus Dur itu adalah KH. Ahmad Shiddiq, mantan Rois Am PBNU yg juga pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah Jember.
Kabar akan berpulangnya KH. Ahmad Shiddiq bahkan dikemukakan oleh Gus Miek kpd Gus Dur sebulan sebelum kewafatannya. Waktu itu, Gus Miek memberi isyarat kpd Gus Dur agar NU mempersiapkan calon Rois Am baru, padahal waktu itu KH. Ahmad Shiddiq msh menjabat Rois Am dan blm meninggal dunia.
Belakangan jg diketahui bahwa Gus Dur tdk dimakamkan di tempat yg Gus Miek tunjukkan krn sebelumnya sdh ada amanat dari KH. Hasyim Asy'ari dan KH. A. Wahid Hasyim , kakek dan ayahnya Gus Dur, agar Gus Dur beristirahat di Tebu Ireng bersama mereka berdua tepat 1 minggu sebelum wafatnya Gus Dur. Tp walaupun demikian hal ini tdk akan mengurangi kemulyaan Gus Miek sbg seorang waliyullah.
Hal-hal seperti itulah yg sering kali dijadikan bukti oleh banyak orang bahwa Gus Miek adalah seorang dgn kemampuan supranatural yg dlm istilah eskatologi org pesantren disebut Khariqul 'Adat atau karomah.
Semasa hidupnya, Gus Miek dikenal sbg kyai nyeleneh yg sangat berkaromah. Banyak org berbondong-bondong memadati acara keagamaan yg dilangsungkan Gus Miek. Semaan Al Qur'an dan Dzikrul Ghofilin yg diselenggarakannya selalu penuh sesak oleh jama'ah yg datang dari berbagai penjuru tanah Jawa. Dari pagi, para jama'ah bersabar mendengarkan bacaan Al Qur'an, demi dpt mengamini doa yg dibacakan oleh Gus Miek susai qori' menamatkan bacaan Al Qur'an secara utuh. Selain mengharap doa, tentu saja juga menanti siraman rohani berupa Mauizhoh Hasanah dari kyai kharismatik ini. Padahal, sang kyai sendiri sepagian itu msh tidur setelah begadang semalam suntuk.
Gus Dur menyebut Gus Miek sebagai seorang manusia yg menempuh dua pola kehidupan sekaligus. Kehidupan tradisional org pesantren yg tertuang dlm rutinitas semaan dan gebyarnya kehidupan dunia hiburan modern, seperti mendatangi tempat-tempat diskotik dan night club. Apakah hal ini kontradiktif? Ternyata tdk. Sebab di kedua tempat itu, Gus Miek memiliki peran yg sama. Beliau memberi kesejukan kpd jiwa yg gersang, memberikan harapan kpd mereka yg putus asa, menghibur mereka yg bersedih, menyantuni mereka yg lemah, dan mengajak semua kpd kebaikan, mengajak semua utk bertobat.
Semasa hidupnya, Gus Miek memang dikenal misterius, bahkan juga oleh keluarganya sendiri. Hal seperti ini sdh tampak sejak kecil. Konon, ketika msh mondok di Lirboyo, Gus Miek dititipkan kpd KH. Mahrusy Ali. Dasar anak aneh, Gus Miek malah jualan jamu di Pasar Warujayeng Nganjuk. Bahkan kakaknya, Gus Din (KH. Zainuddin Jazuli), selama hampir dua tahun tdk pernah bertemu dgn adiknya yg misterius ini.
Itulah Gus Miek, sosok seorang kyai yg nyeleneh, namun memiliki banyak karomah.
Makam Gus Miek, demikian pula KH. Ahmad Shiddiq, terdapat di Makam Aulia yg terletak di Dukuh Tampak, Desa Ngadi, kecamatan Mojo, sekitar 22 km arah selatan dari kota Kediri. Makam yg terletak di daerah perbatasan Kediri dgn Tulungagung ini, berjarak sekitar 6 km dari Pesantren Al Falah Ploso.
Di makam Auliya tersebut konon terdapat sekitar 300an makam aulia diantaranya yg terkenal adalah makam tua 3 wali yaitu makam Syekh Maulana Abdul Qodir Khairi, Syekh Abdullah Sholeh dan Syekh Muhammad Herman.
Diperoleh keterangan bahwa dulu ulama-ulama seperti KH. Abdul Karim Lirboyo, KH. Muhammad Ma'ruf Kedunglo, KH. Zainuddin Mojosari, dan KHR. Abdul Fattah Mangunsari Tulungagung, sering berkumpul setiap 35 hari sekali di tempat itu. Mereka mengadakan tahlil dan amalan-amalan lainnya.
Sumber: Karomah Para Kyai NU

Tidak ada komentar: