Keturunan Nabi
Adam yang diangkat menjadi nabi hanya satu; Nabi Syits (Set, dalam bahasa
Ibrani; Sang Hyang Esis, dalam bahasa Jawa). Syith merupakan keturunan Adam
yang lahir tunggal (semua anak Adam dilahirkan kembar) diturunkan Yang Mahaesa
sebagai pengganti anak Adam yang terbunuh. Rupa Syith sangat mirip dengan rupa Adam
dan menjadi satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat sepanjang
masa.
Begitu mengasihinya
Adam meminta pada Yang Maha Esa supaya kelak keturunan Syits diizinkan menjadi
penguasa atas keturunan saudara-saudaranya. Saat berdoa, Malaikat Ngajajil/Azazil
(Iblis) ternyata mencuri dengar. Ngajazil paham, bila doa Adam akan selalu
didengar dan dikabulkan Yang Maha Esa. Seketika itu pula, tumbuh keinginan
Ngajazil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah keturunan Syits.
Malaikat Ngajazil/Azazil(iblis)
terus mengintai Syith dan menunggu kesempatan mencampurkan darah keturunannya.
Maka ketika Syith menikah dengan Dewi Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat
di-sirep, diambil Ngajazil, lalu keberadaannya digantikan putrinya, Dewi
Dlajah, yang telah beralih rupa menjadi Dewi Mulat. Setelah dibuahi, Malaikat
Ngajazil langsung mengangkat Dewi Dlajah dan mengembalikan Dewi Mulat.
Pada suatu pagi,
Dewi Mulat melahirkan dua orang anak; satu berwujud laki-laki normal dan
satunya berupa cahaya berkilauan (kasat mata). Sore harinya Dewi Dlajah juga
melahirkan, wujudnya berupa gumpalan darah yang berkilauan. Oleh Malaikat
Ngajazil, gumpalan darah berkilauan itu disatukan cahaya berkilauan anak Dewi
Mulat. Dari hasil penggabungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang
cakap. Anak Dewi Mulat diberi nama Sayid Anwas, sedang anak campuran
Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi nama Sayid Anwar.
Sayid Anwas
maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar dalam
perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajazil. Sebagai
keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama hebat.
Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar gemar
tirakat dan bertapa.
Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya. Maka diberitahulah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syith. Pada Dewi Dlajah dan Ngajazil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syith, terkejutlah sang ayah. Semula Syith tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Maha Esa membisikan mengenai asal-usal Sayid Anwar, barulah Nabi Syith menerima kenyataan itu.
Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya. Maka diberitahulah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syith. Pada Dewi Dlajah dan Ngajazil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syith, terkejutlah sang ayah. Semula Syith tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Maha Esa membisikan mengenai asal-usal Sayid Anwar, barulah Nabi Syith menerima kenyataan itu.
Sayid Anwas dan
Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika melihat Sayid Anwas dan
Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas kelak akan melahirkan keturunan
yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan melahirkan
keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid Anwar
melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya abadi.
Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar.
Sayid Anwar
sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah perjalanan dia
bertemu Malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya menuju ke arah Sungai Nil
dan bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang paman, Sayid Anwar
belajar ilmu melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan berbagai ilmu hebat
lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau kecil
di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa, yang bernama Lemah Dewani.
Di situlah Sayid
Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai terbit sampai
tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih pada Sayid Anwar terolah
hebat sehingga bisa menghilang (kasat mata). Dalam pengembaraannya di Lemah
Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para jin dan membuat mereka tunduk
di bawah kekuasaannya. Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum
jin yang memilih mengabdi padanya.
Kejadian
tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi, raja para jin yang menguasai Lemah
Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam
pertarungan itu Prabu Nuradi kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu
Nuradi memilih turun tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin
dan menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin, Sayid Anwar mendapatkan
gelar Prabu Nurasa.
Prabu Nurasa
yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat tinggi dan meminta
izin pada Yang Maha Esa untuk mengangkat diri sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang
Maha Esa mengabulkan dan membiarkan Prabu Nurasa murtad dari ajaran keturunan
Nabi Adam. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi Tanah Jawi
(Tanah Jawa). Dari Prabu Nurasa lahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian
menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi.
Di lain pihak,
Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunannya kemudian menjadi
manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa sampai Muhammad.
Keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa superior seperti bangsa
Israil, bangsa Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa besar lainnya. Di lain pihak
keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah dari doa Adam, juga
banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa. Tidak
sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai bangsa-bangsa lain di
permukaan bumi.
Dalam perputaran
peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang bersilangan.
Persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka tumpang-tindih.
Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar
yang sesat. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali
pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta
leluhur mereka Nabi Syith. Terlepas dari semua itu, keturunan-keturunan Sayid
Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah superioritas yang membuat
mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya.[rujukan?]
Referensi
^ Kamus Alkitab
^ Abraham Park. D. Min.,D.D., Silsilah Di Kitab Kejadian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Hal.109 ISBN 9789790812352
^ Kejadian 5:3
^ Kejadian 5:6
^ Kejadian 5:8
LEBIH TEPATNYA WIKIPEDIA..
Referensi
^ Kamus Alkitab
^ Abraham Park. D. Min.,D.D., Silsilah Di Kitab Kejadian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Hal.109 ISBN 9789790812352
^ Kejadian 5:3
^ Kejadian 5:6
^ Kejadian 5:8
LEBIH TEPATNYA WIKIPEDIA..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar