div id='fb-root'/>
  • CAKNUN.
  • Bersama Zastrow el-ngatawi
  • Jombang 1-5 Agustus 2015.

Senin, 06 April 2015

( INDONESIA INDONESAH) NOT FOR SALE, HANDLE WITH CARE

GUS BUL: 
Sodara-sodara, apakah sampeyan sudah sepakat membubarkan Indonesia?

SANTRI: Nanti dulu Gus, interupsi! Mbok jangan ngelantur gini!
GUS BUL: 
Saya sama sekali tidak sedang melantur! Ini rumus akal sehat yang sampeyan tidak berani mengatakannya.
SANTRI: 
Lha terlintas saja ndak pernah e…apalagi mengatakan!
GUS BUL: 
Sampeyan beraninya cuma kasak-kusuk sih! Sekarang bagaimana: apa sampeyan semua betul-betul ingin mengamputasi tumpukan penyakit kronis yang sudah menyebar kemana-mana ini? Bukan nakut-nakuti lho, tapi tumpukan penyakit kronis macam korupsi dan kebohongan sistematis, terbukti membuat kita semakin rentan terhadap serangan penyakit akut macam kekerasan dan kerusuhan! 
Ibarat orang yang tubuhnya sudah lemah digerogoti kanker, tiba-tiba harus menghadapi serangan demam berdarah atau flu burung! Bisa tamat deh!
Nah, dari pada ambruk secara menyakitkan, lebih afdhol kita tiru saja model penyelamatan perusahaan yang ‘hidup tak, matipun enggan’, yakni dengan mengumumkan secara terbuka kebangkrutannya! Kan gitu tho logikanya?
SANTRI: 
Jangan gila Gus!
GUS BUL: 
Jelas ini bukan gila atau ngawur. Kan sampeyan juga yang selalu bilang bahwa bangsa kita sudah sangat sakit, rakyat sudah sangat lelah, sementara orang-orang yang ditugasi sebagai nakhoda malah sibuk dengan urusan artifisial mereka sendiri, menjadi pemburu rente yang hanya mampu berorientasi jangka pendek! Orang-orang itu malah sudah sangat mirip katak yang terjebak dalam tempurung kepentingan, sehingga tak terlalu bisa diharap akan mampu melihat persoalan bangsa ini secara utuh dan komprehensif!
SANTRI: 
Wah kok jadi nggegirisi gini…!
GUS BUL: 
Itu karena selama ini cara berpikir sampeyan nyaris sama dengan orang-orang yang sampeyan pilih itu. Sama-sama tidak berani menerabas penjara yang sampeyan bangun sendiri!
Bayangkan, sebagai sebuah bangsa kita nyaris kehilangan kedaulatan! Kedaulatan ekonomi kita sudah bablas! Kita bukan bangsa miskin, tapi bangsa yang dimiskinkan karena membiarkan modal ekonomi kita dikuasai asing. Tanpa modal ekonomi yang kuat, modal sosial dan budaya kitapun jadi lemah dan rentan diporak-porandakan! Entah haditsnya shahih atau tidak, yang jelas sampeyan semua sudah sering dengar: kefakiran menjadi pintu kekafiran! Secara sistematis kita sudah difakirkan, jadi tinggal sampeyan lacak sendiri indikator kekafiran sosial-budaya yang diakibatkannya!
Nah, untuk memotong rantai kegilaan tak berujung ini, cara yang paling mudah adalah: mengumumkan kebangkrutan Indonesia dan pembentukan Indonesia baru. Sebut saja sebagai Indonesia sah, Indonesah, untuk membedakan dengan Indonesia lama yang kurang atau malah sering dianggap tidak sah!
SANTRI: 
Interupsi Gus! Apakah ini sejenis wangsit? Kalau tidak, pikiran sampeyan harus segera dicuci karena terbukti telah memproduksi wacana yang berbahaya lho!
GUS BUL: 
Hahaha, sampeyan terlalu paranoid! 
Mari kita tengok sisi positifnya: dengan mengumumkan kebangkrutan, kita bisa menghindar dari keharusan membayar utang pada para lintah darat dunia yang makin hari makin membuat kita sulit bernafas! Yang berhutang kan Indonesia, jadi sebagai Indonesah kita tak wajib membayarnya! Kalau tetap saja ditagih, tinggal kita suruh mereka menagihnya pada para penangung-jawab Indonesia!
Kecuali itu, kita juga sekaligus bisa menasionalisasi perusahaan-perusahaan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yang selama ini dikendalikan asing! Alasannya sederhana: perjanjian itu dibuat oleh Indonesia, sehingga tak lagi berlaku bagi Indonesah! Sederhana tho?

(Dipetik dari naskah dialog “Semar Mendem” – Orkes Puisi Sampak GusUran)
Di mabil dari fb: habib Anis Soleh ba'asyin 

Tidak ada komentar: