div id='fb-root'/>
  • CAKNUN.
  • Bersama Zastrow el-ngatawi
  • Jombang 1-5 Agustus 2015.

Selasa, 01 Maret 2011

“BAMBU RUNCING “TEMANGGUNG DALAM SCUPE NASIONAL.


Sejak pertengahan tahun 1944 sudah nampak tanda- tanda jepang akan kalah perang, di semua sektor pertempuran laut, udara, darat, saudara tua di hancurkan pasukan sekutu, belum lagi perlawana sengit rakyat dari, negara- negara yang diduduki seperti indonesia, filipina Burma dll, dalam keadaan terdesak ini, berbagai tindakan dilakukan jepang antara lain menggambil hati dengan janji permberian kemerdekaan melatih kemiliteran meningkatkan ketrampilan pertanian, namun segala kkebaikan itu tetap tidak dapat menghapus maksud buruk jepang yang terkenal sangat kejam
Tahun 1945 tanda- tanda kehancuran Jepang, telah mulai nampak tetapi ternyata jepang tidak mau langsung Menyerah akhirnya sekutu yang dalam hal ini Amerika Serikat nampak sudah tidak sabar lagi peperangan yang sangat menyengsarakan umat manusia yang harus segera diakhiri dan kondisi matahari terbit memang ada dalam titik terendah. Ekonomi hancur, kekuatan militernya remuk dan mental rakyatnya sudah mulai dalam keadaan terendah, kesempatan emas ini dipergunakan oleh amerika dengan pertimbangan yang masak, maka pada tanggal 8 da 14 agustus 1945, dua kota iindusrti terkemuka di jepang di hancurkan, yaiitu herosima dan nagasaki di bom atum. Ribuan penduduk mati historis dan kota tersebut hanya tinggal puingnya, kerugian materi tak terhitung lagi, sehingga tak ada pilihan lagi bagi jepang untuk menyerahkan semua negara jajahannya ttermasuk Indonesia. Dan berita menyerahnya jepang tersebut mulai tersebar keseantero dunia.
Khusus untuk Indonesa, penduduk jepang berusaha sekuat tenaga gar berita penyerahan itu tak terdengar ketelinga pemimpin- ppemimpin Indonesia dan rakyat Indonesia. Namun usaha itu sia- sia belaka, para pemuda dengan berbagai cara akhirnya diketahui bahwa jepang telah menyerah.
Kemudian para pemuda akhirnya meminta kepada bung karno dan bung Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan secepat- cepatnya. Maka dengan ridha Alloh SWT tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi Indonesia di Kumandangkan.
Sejak saat itulah negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat mulai akhir.
Akan tetapi rasa tenang dan damai sebagaimana layaknya bangsa yang telah merdeka, belum didapatkan sebab rintangan dan tantangan masih banyak menghadang, terutama dari bekas jajahan yang hendak kembal menguasai dan menjajah kembal Negara Indonesia.
Mereka para Inperialis dan Kolonialis mulai menguasai lagi Negara kita untuk di hisab habis- habisan, mereka dengan congkak menginjak- injak kenyataan dan kehormatan bangsa nyata- nyata telah merdeka. Tentu saja penghinaan ini tidak kita trima . akibatnya bnyak terjadi pertempuran. Bersama dengan banyaknnya para suhada berjatuhan gugur dimedan perang bersama itu pula sembboyan Merdeka atau Mati terus bergema tiselurun nusantara, dalam upaya mempertahankan kemerdekaan yang telah disetujui seluruh rakyat Indonesia
Penjajah yang tetap ingin bercokol di bumi pertiwi tercinta ini adalah jepang dan belanda, dengan (membonceng sekutu) kenganan mereka angkat kaki dari negara kita ini, membuat benci dikalangan rakyat, maka disana sini terjadi beberapa insiden sebagai perlawann rakyat dan negara. Salah satu gerakan masa yang patut diperthatikan disini adalah gerakan perjuwangan masyarakat di TEMANGGUNG yang di gerakkan oleh Ulama dan para Pemuda muslim yang tergabung dalam organisasi barisan Muslim Temanggung ( BMT).
Dengan melalui organisasi ini “penyepuhan Banbu Buncing” mulai dikembangkan. Penyepuhan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memberi bekal semangat perjuangan pada masyarakat sekitarnya, tetapi kemudian berkembang menjadi perjuangan yang mempunya scupe nasional.
Adapun yang pertama kali mengadakan penyepuhan itu adalah Ulama Kyai dari Temanggung sendiri, yaitu : . K.R. Sumomihardho, K.Subchi, K.H Nawawi, K.H Abu Ammar, K.H Ali, K.H Abdurrahman, K.H Mandur dll. Dan perjuangan Bambu Runcing ini dalam kelahirannya tidak dapat dilepaskan dari peristiwa pencegatan bala tentara jepang diwilayah kecamatan Parakan yang kemudian dikenal dengan peristiwa BATU LOYO.

Tidak ada komentar: