div id='fb-root'/>
  • CAKNUN.
  • Bersama Zastrow el-ngatawi
  • Jombang 1-5 Agustus 2015.

Senin, 02 Februari 2015

GUS DUR DAN DAGING BABI

Suatu ketika pada saat Gus Dur masih menjabat sebagai ketua umum PBNU melakukan kunjungan ke Australia dalam sebuah rombongan. Ikut didalamnya asisten pribadi Gus Dur, H Sulaiman, yang telah menemaninya sejak tahun 1986.
Acara berlangsung selama beberapa hari sehingga peserta diinapkan di hotel.
Pagi-pagi setelah bangun, seperti biasa, aktifitas pertama yang dilakukan adalah sarapan. Berkumpullah rombongan dari Indonesia di restoran tempat sarapan pagi. Tentu saja, sebagai asisten pribadi, H Sulaiman menawarkan kepada Gus Dur berbagai jenis makanan yang enak-enak.
Disodorkanlah sebuah makanan dari daging kepada Gus Dur, tapi ia tidak langsung memakannya, melainkan dicium baunya dahulu.
“Jangan dimakan, ini daging babi.“ Segera saja, makanan itu disingkirkan dan diganti dengan jenis lain yang jelas-jelas halal.
Entah bagaimana, Sulaiman tidak tahu bagaimana membedakan jenis-jenis daging hanya dari baunya saja, tetapi yang jelas Gus Dur bisa melakukannya. Apakah ini kepekaan yang dimiliki oleh orang tertentu atau bagian dari kemampuan super Gus Dur, ia juga tidak tahu.
Esok harinya, rombongan dari Indonesia berkumpul kembali. Ada dedengkot Islam liberal yang pada hari sebelumnya tidak ikut sarapan kemudian mengambil daging babi tersebut. Tentu saja haji Sulaiman mengingatkan agar jangan dimakan.
“Ah ngak apa-apa, saya kan ngak tahu“ jawabnya sambil menyantap dengan lahap sementara yang lain hanya bisa memandangnya saja.
Sulaiman menuturkan, Gus Dur sangat ketat dalam menjaga kehalalan makanan. Ketika mereka berkunjung ke Perancis, sebagimana tradisi setempat, ada minuman anggur sebagai pelengkapnya. Tetapi anggur putih yang disediakan tuan rumah ditolaknya dengan halus.
“Suatu ketika sopirnya Gus Dur menenggak minuman ringan yang didalamnya terdapat kandungan alkohol dalam kadar ringan. Ketika ketahuan, langsung saja dimarahi habis-habisan. ’Kayak ngak ada minuman lain saja,’ kata Gus Dur

Tidak ada komentar: