div id='fb-root'/>
  • CAKNUN.
  • Bersama Zastrow el-ngatawi
  • Jombang 1-5 Agustus 2015.

Rabu, 28 Januari 2015

KYAI NYENTRIK MBAH LIEM

Di wilayah kabupaten Klaten Jawa Tengah, terdpt sebuah pondok pesantren bernama Pondok Pesantren Al-Muttaqin Pancasila Sakti. Pendirinya adalah Al 'Arifubillah Almaghfurlah KH. Muslim Rifa'I Imam Puro. Yg lebih dikenal dgn panggilan Mbah Liem. Di kalangan masyarakat pesantren, Mbah Liem dikenal sbg tokoh sakti yg memiliki kemampuan linuwih. Mbah Liem berasal dari trah darah biru, ia cucu Imam Puro, sedangkan org tuanya (Mursilah - Teposumarno) adalah keturunan Pakubuwono IV. Semasa kecilnya, Mbah Liem suka nyantri berpindah-pindah dari satu pesantren ke pesantren lainnya di Jawa.

Mbah Liem memiliki keunikan dan kenyelenehan tersendiri. Penampilannya sederhana dan sering mengenakan pakaian aneh-aneh, tdk sebagaimana lazimnya pakaian seorang ulama besar. Misalnya, ketika tampil di muka umum, Mbah Liem mengenakan baju seragam tentara, memakai rompi ataupun memakai topi. Akan tetapi, masyarakat pesantren maklum dgn penampilannya ini. Sebab, di komunitas pesantren memang terdpt banyak kyai yg aneh, nyeleneh, nyentrik dan eksentrik, seperti Ki Jogorekso Watucongol, Gus Ud Sidoarjo, Gus Ma'shum Lirboyo, Gus Miek Ploso, Hb. Ja'far Al Kaff Kudus, Ra Lilur Bangkalan dan Mbah Liem sendiri.
Terakhir, Mbah Liem tercatat sbg santri kesayangannya KH. Sirodj, seorang waliyullah besar pengasuh sebuah pesantren di Pajang Kartosuro. Usai mondok, pd thn 1953-1956 Mbah Liem menjd pegawai negeri PJKA Jatinegara. Tak betah, kyai nyentrik ini kemudian keluar dari pegawai negeri. Beliau berkelana ke pesantren-pesantren utk mematangkan ilmunya. Akhir 1959, Mbah Liem tersangkut di Dukuh Sumberejo, Troso, Kecamatan Karanganom, Klaten. Di tempat inilah Mbah Liem mendirikan Pondok Pesantren Al-Muttaqin Pancasila Sakti pd thn 1967.
Banyak pesan KH. Sirodj kpd Mbah Liem di Sumberejo ini.
"Disini, tujuan km nanti tercapai." Begitu salah satu pesan sang kyai kpd Mbah Liem.
Saat pecah peristiwa G30S/PKI, Mbah Liem dikabarkan banyak berperan. Beliau diangkat menjadi panglima pengamanan di Karanganom. Mulai saat itulah peran Mbah Liem cukup dikenal dan beliau mendptkan legitimasi dari masyarakat setempat. Akhirnya banyak jama'ah dan santri yg menimba ilmu kpdnya, dimana akhirnya di thn 1967 beliau mendirikan pesantren di Sumberejo.
Mbah Liem pernah menjadi penasehat spiritual Subhan ZE, seorang tokoh NU pada era KH. Dr. Idham Chalid. Selanjutnya, nama beliau semakin mencuat setelah menjadi penasehat spiritual Gus Dur. Beberapa tokoh nasional jg sering datang ke Mbah Liem, seperti Gus Dur, Megawati Sukarnoputri dan Jokowi sewaktu menjadi walikota Solo.
Dikisahkan bahwa pada 1983 disuatu malam Jum'at Kliwon, Gus Dur sowan ke Mbah Liem. Saat itu, Gus Dur tdk dipersilahkan msk rumah sebagaimana layaknya tamu, namun hanya ditemui diluar rumah. Terjadi dialog kecil diantara keduanya.
"Lho Gus, ngopo kok rene. Iki rak malem Jum'at. Ayo tak gendong. Tak engklek. Tak terke nyang gone mbahmu Hasyim Asy'ari,"(Lho Gus, kenapa km kesini? Inikan malam Jum'at. Ayo aku gendong, aku antarkan km ke tempat makam kakekmu Hasyim Asy'ari) kata Mbah Liem.
"Kulo mundut sopir riyin, Mbah," (Saya panggil sopir saya dulu Mbah) jawab Gus Dur.
Malam itu, Gus Dur dan Mbah Liem meluncur ke Jombang. Tiba di makam KH. Hasyim Asy'ari pukul 3 dinihari. Di tempat itu, Mbah Liem menasehati Gus Dur.
"Gus, ojo ngaku putune Mbah Hasyim, nek kowe ora iso ngatur negara," (Gus, jgn mengaku cucunya Mbah Hasyim kalo km tdk bisa mengatur negara) kata Mbah Liem.
"Nopo kulo saget mbah?," (Apa saya bisa Mbah) jawab Gus Dur balik bertanya.
"Kudu iso, NU kuwi didegke mbahmu Hasyim dinggo opo, ngarep opo lan kanggo sopo? Yo kuwi dalane nganggo ngatur negara," (Harus bisa! NU didirikan kakekmu Hasyim, utk apa, bertujuan apa dan utk siapa? Ya, tdk lain sebagai jalan mengatur negara!)
Menerima nasehat itu, konon Gus Dur tak mampu menahan air matanya yg jatuh membasahi pipi. Hanya kekuasaan Ilahi yg tahu, bagaimana nasehat itu diterima oleh Gus Dur.
Kemudian hari, bersama teman sepaham, muncullah khittah NU di Situbondo. Dan pd thn 1999, Gus Dur memang benar-benar menjadi Presiden RI yg ke-4, dgn suatu proses pemilihan yg sulit dimengerti dan tdk diprediksi secara rasional sebelumnya.
Mbah Liem wafat pada hari Kamis 24 April 2012. Ribuan santri dan umat islam turut mengantarkanya ke tempat peristirahatannya yg terakhir, sementara di saat bersamaan ribuan malaikat dan bidadari surga turut mengantarkan ruhnya ke hadhirat ALLAH yg selama ini dicintai dan mencintainya. Semoga amal ibadah beliau diterima ALLAH SWT dan semoga kami yg ditinggalkan bisa meneladani beliau.

Tidak ada komentar: