div id='fb-root'/>
  • CAKNUN.
  • Bersama Zastrow el-ngatawi
  • Jombang 1-5 Agustus 2015.

Kamis, 27 Maret 2014

SEBUAH ERA

Sebuah Era dengan Kejadian-Kejadian Penting
Pada tahun 1919, HOS Tjokroaminoto bertemu tiap hari
Kamis siang di Kota Surabaya dengan dua saudara
sepupunya. Mereka adalah KH M Hasjim As'yari dari
Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang dan KH A
Wahab Chasbullah.Tjokroaminoto disertai menantunya
Soekarno, yang kemudian hari disebut Bung Karno.
Mereka mendiskusikan hubungan antara ajaran agama
Islam dan semangat kebangsaan/ nasionalisme.
Terkadang hadir HM Djojosoegito, anak saudara sepupu
keduanya, yang kemudian hari (tahun 1928) mendirikan
Gerakan Ahmadiyah. Dari kenyataan-kenyataan di atas
dapat dipahami mengapa Nahdlatul Ulama didirikan
tahun 1926, selalu mempertahankan gerakan tersebut.
Di kemudian hari, seluruh gerakan Islam itu dimasukkan
ke elemen gerakan yang berupaya memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Itu adalah perkembangan
sejarah. Ada generasi kedua dalam jajaran pendiri negeri
kita, yaitu Kahar Muzakir dari PP Muhammadiyah, KH
Abdul Wahid Hasyim dari NU, dan HM Djojosoegito
(pendiri gerakan Ahmadiyah).
Tiga sepupu yang lahir di bawah generasi KH M Hasjim
As'yari itu banyak jasanya bagi Indonesia. Mereka
banyak mengisi kegiatan menuju kemerdekaan negeri
kita. Setelah wafatnya Djojosoegito, muncul letupan
keinginan membubarkan Ahmadiyah,tanpa mengenang
jasajasa gerakan itu di atas. Padahal dalam jangka
panjang,jasa-jasa itu akan diketahui masyarakat kita.
Dalam melakukan kegiatan,mereka tidak pernah
kehilangan keyakinan. Apa yang mereka lakukan hanya
untuk kepentingan Indonesia merdeka.Karena itu,segala
macam perbedaan pandangan dan kepentingan mereka
disisihkan.Mereka mengarahkan tujuan bagi Indonesia.
Mereka terus menjaga kesinambungan gerakan yang
ada,guna memungkinkan lahirnya sebuah kekuatan yang
terus menggelorakan perjuangan.
Hingga kemudian,NU melahirkan sebuah media pada
1928yangdinamai SoearaNU. Hal itu dilakukan guna
memantapkan upaya yang ada.Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang dipakai untuk kepentingan tersebut.
Dalam nomor perdana majalah Soeara NU, KH Hasjim
As'yari menyatakan bahwa ia menerima penggunaan
rebana dan beduk untuk keperluan memanggil salat.
Namun, dia menolak penggunaan kentungan kayu.
Menurutnya, penggunaan beduk dan rebana didasarkan
pada sesuatu yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW.Sementara penggunaan kentungan kayu tidak ada
dasarnya.Hal ini disanggah oleh orang kedua NU waktu
itu, yaitu KH Faqih dari Pondok Pesantren
Maskumambang di Gresik.
Hal itu dimuat sebagai artikel balasan dalam media
"Soeara NU"edisi selanjutnya.KH Faqih menyatakan,
"Apakah KH Hasyim lupa pada dasar pembentukan
hukum dalam NU, yaitu Alquran,hadis, ijmak,dan qiyas?"
Segera setelah itu, KH Hasyim As'yari mengumpulkan
para ulama dan santri senior di Masjid Tebuireng.
Dia menyuruh dibacakan dua artikel di atas.Kemudian,
dia mengatakan, mereka boleh menggunakan pendapat
dari KH Faqih Maskumambang asalkan kentungan tidak
dipakai di Masjid Pondok Pesantren Tebuireng itu.
Terlihat di sini betapa antara para ulama NU itu terdapat
sikap saling menghormati meski berbeda pendirian.
Hal inilah yang harus kita teladani dalam kehidupan
nyata. Penerimaan akan perbedaan pandangan sudah
berjalan semenjak Fahien memulai pengamatannya atas
masyarakat Budha di Sriwijaya dalam abad ke-6. Prinsip
ini masih terus berlanjut hingga sekarang di negeri kita
dan hingga masa yang akan datang. Sudah pasti
kemerdekaan kita harus dilaksanakan dengan bijaksana
dan justru digunakan untuk lebih mengokohkan
perdamaian dunia.
Karena itu, diperlukan kemampuan meletakkan
perdamaian dalam penyusunan politik luar negeri,yang
diiringi dengan tujuan memperjuangkan kepentingan
bersama. Bukankah dengan demikian menjadi jelas bagi
kita bahwa menerima perbedaan pendapat dan asal-
muasal bukanlah tanda kelemahan, melainkan
menunjukkan kekuatan.
Bukankah kekuatan kita sebagai bangsa terletak dalam
keberagaman yang kita miliki?
Marilahkitabangunbangsadankita hindarkan pertikaian
yang sering terjadi dalam sejarah. Inilah esensi tugas
kesejarahan kita, yang tidak boleh kita lupakan sama
sekali.(*)
Sumber: Seputar Indonesia , Selasa 21 April 2009

Tidak ada komentar: