div id='fb-root'/>
Kisah Luqman dan Tiga Pelacur
Tentu kita pernah mendengar tentang Luqman yang bijaksana dalam surat
Al Luqman dalam Al Qur`an yang oleh pengarang kitab Al_Kasyaf
menjelaskan , dia adalah Luqman bin Baa`ura` putra saudarinya Ayyub.
Hidup selama 1000 tahun, sehingga berjumpa dengan Daud `Alaihissalam dan
belajar ilmu dan pengetahuan padanya. Ibnu Abbas berkata bahwa Luqman
bukan Nabi, juga bukan Raja, namun seorang penggembala berkulit hitam
yang kemudian di beri karunia kemerdekaan dan pengetahuan. Untuk itu
akan kita ceritakan salah satu kisah tentang ketaatannya kepada Allah
Ta`ala
Diriwayatkan dari Sai`id bin Amir ia berkata. Telah
bercerita kepada kami, Abu Ja`far, `Luqman Al-Habasy` adalah seorang
budak milik seorang laki-laki. Suatu ketika dia dibawa ke pasar untuk di
jual. Kepada seorang laki-laki yang hendak membelinya, Luqman berkata:
Apa yang akan kamu lakukan terhadap diriku (setelah kamu beli nanti)?
Kamu akan kusuruh melakukan ini dan itu, jawab calon pembeli.
Aku mohon kepadamu agar mengurungkan niatmu untuk membeliku! pinta Luqman.
Sikap ini selalu diperlihatkan oleh Luqman kepada para calon pembelinya hingga datanglah calon pembeli lainnya.
Apa yang hendak kamu lakukan terhadap diriku (setelah kamu membeliku nanti)? kata Luqman.
Kamu akan kuberi tugas sebagai penjaga rumahku, jawab laki-laki calonpembelinya.
Jika demikian, aku mau kamu beli! kata Luqman.
Laki-laki tersebut kemudian membayar dan mengajak Luqman pulang ke
rumahnya. Majikan Luqman pada saat itu juga mempunyai tiga orang anak
wanita yang menjadi pelacur di desa itu. Suatu saat sang majikan ingin
pergi ke kebunnya. Sebelum berangkat dia berpesan kepada Luqman ,
Aku telah menyiapkan makanan dan semua kebutuhan mereka di dalam
kamarnya, sepeninggalku kuncilah pintu ini dan kamu harus berjaga di
sini pula. Dan janganlah sekali-kali kamu membuka pintunya sebelum aku
kembali ke rumah!
Sejenak kemudian ketiga putri majikannya datang dan berkata kepada Luqman,
Bukalah pintu ini! Karena telah menerima pesan dari sang majikan, dan
diamanahi untuk tidak membuka pintu dan namanya amanah akan dimintai
pertanggung jawaban di hadapan Allah kelak maka Luqman pun menolak untuk
membukanya dan akhirnya ketiga gadis itu marah dan mencederainya.
Luqman kemudian membersihkan darah yang membasahi tubuhnya dan kembali
berjaga di depan pintu.
Saat sang majikan pulang ia tetap merahasiakan perilaku ketiga putri sang majikan terhadapnya.
Dalam kesempatan berikutnya sang majikan kembali bermaksud pergi ke
kebunnya. Sebagaimana sebelumnya dia berpesan kepada Luqman,
Aku telah menyiapkan makanan dan semua kebutuhan mereka, oleh karena itu jangan perbolehkan mereka membuka pintu ini!
Demikianlah, setelah Ayahnya berlalu, ketiga putri majikannya itu bergegas menemui Luqman dan berkata kepadanya :
Bukalah pintu ini! Sementara itu Luqman masih tetap memegang amanah
yang dibebankan kepadanya tetap tidak bersedia membukakanya sebagaimana
pesan dari majikannya. Akan tetapi, ketiga gadis itu kembali menyerang
dan melukai Luqman yang tetap duduk di tempatnya.
Sang majikan telah pulang ke rumah, Luqman tidak mau menceritakan perihal perilaku ketiga putrinya.
Melihat keteguhan hati Luqman, putri tertua majikannya kemudian rasa
simpatinya datang dan berkata: Mengapa budak Habasyi ini lebih
mengutamakan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala ketimbang aku? Demi
Allah, aku kan bertobat! Dan putri sulung majikan Luqman itupun bertobat
kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala.
Si bungsu berkata, Mengapa
budak Habasyi dan kakak sulungku lebih mengutamakan taat kepada Allah
Subhanahu wa Ta`ala ketimbang aku? Demi Allah, aku akan bertobat
Demikianlah si bungsu akhirnya mengikuti jejak kakak sulungnya dengan
bertobat kepada-Nya.
Setelah mengetahui bahwa kakak maupun
adiknya telah bertobat , kedua majikannya Luqman lalu berkata Mengapa
dua orang saudaraku dan budak Habasyi ini lebih mengutamakan taat kepada
Allah Subhanahu wa Ta`ala ketimbang ku? Demi aku, aku akan bertobat
juga!; Akhirnya diapun bertobat.
Setelah ketiga putrinya yang berprofesi sebagai wanita penghibur itu bertobat, maka teman-teman seprofesinya di desa berkata,
Mengapa budak Habasyi dan ketiga gadis si Fulan itu lebih mengutamakan
taat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala ketimbang kami? Hal tersebut
mendorong mereka untuk bertobat sebagaimana ketiga rekannya sehingga
jadilah mereka sebagai orang-orang yang ahli beribadat di desa itu.
Demikianlah bahwa hidayah datangnya bukan hanya lewat dakwah berupa
ucapan tapi juga tindakan, atau amalan yang ditunjukkan oleh Luqman
Al-Hakiem dalam memegang teguh amanah yang sudah menjadi tugasnya.
Sehingga fitrah seorang manusia untuk selalui beribadah kepada Robb-Nya
menjadi terketuk tatkala melihat seorang yang mampu menjalankan ibadah
itu dengan baik
Sumber: Mereka yang Kembali. Ibnu Qudamah
Al-Maqdisy terjemahan Abu Ahmad Najeh dan M Luqman Hakiem, Risalah
Gusti, ed 1, Surabaya, 1417 H. Hal 120-122.