Beberapa tahun belakangan, terutama sejak peristiwa serangan teroris 11 September 2001, muncul berita-berita yang secara umum menggambarkan kurangnya pemahaman mengenai Islam di Amerika. Tahun lalu, salah satu peristiwa yang cukup ramai menjadi sorotan media adalah rencana pembakaran  kitab suci al-Quran oleh Terry Jones, seorang pendeta yang memimpin sebuah gereja kecil di Florida.  Aksi Terry Jones ini dikaitkan dengan rencana pembangunan masjid di dekat bekas gedung kembar World Trade Center di New York.
Meski media-media utama Amerika tidak menurunkan pemberitaannya secara besar-besaran, tidak sedikit kisah-kisah yang menunjukkan kerukunan antara umat Islam dan umat agama lainnya di Amerika Serikat.
Mahmoud el-Yousseph, imigran Muslim asal Palestina yang telah bermukim 33 tahun di Amerika, berbagi salah satu cerita mengenai hal tersebut.
Memasuki Ramadan tahun lalu, masjid Memphis Islamic Center di kota kecil Cordova, Tennessee, belum juga selesai direnovasi. Imam masjid itu kemudian meminta izin kepada pendeta gereja Heartsong, yang berlokasi di seberang masjid itu, untuk melakukan sholat tarawih di sana.
Bila kita ingat, Ramadan tahun lalu bertepatan dengan berbagai peristiwa menjelang peringatan tragedi 11 September.
El-Yousseph menyatakan sungguh ironis kejadian tahun lalu, pada saat pendeta radikal Terry Jones berusaha merebut perhatian media internasional untuk aksi provokatifnya (membakar kitab suci Al-Quran), sementara di lain pihak, gereja Heartsong justru memasang spanduk untuk menyampaikan ucapan selamat datang kepada tetangga-tetangga Muslimnya yang menjalankan ibadah tarawih di gereja mereka.
El-Yousseph kemudian menuliskan tentang kisah ini di beberapa mediaonline.
“Setelah saya menulis cerita itu, saya mendapat pesan dari teman yang juga tinggal di Tennessee, ada seorang lelaki Muslim di Bangladesh yang setelah menonton kisah yang sama di CNN kemudian menelepon pendeta itu, dan menyampaikan terima kasih dan mengatakan ia mencintai Amerika. Ia bersama teman-temannya kemudian berniat akan membantu membersihkan gereja di sekitar lingkungan mereka,” ujar El-Yousseph.
El Yousseph, yang juga kerap menulis pandangan dan pengamatannya mengenai hubungan antarumat beragama di berbagai media online, mengatakan, kisah-kisah kerukunan antar umat beragama dapat menimbulkan perasaan positif dan mendorong saling pengertian yang lebih baik di antara umat Kristen dan Muslim.
“Sekarang ini, banyak gereja yang mengundang masyarakat Muslim setempat untuk berbagi dan bertemu untuk saling mengenal secara pribadi. Menyenangkan sekali melihat non-Muslim memperhatikan hari-hari besar Muslim, berbagi kebahagiaan dan menjamu makan malam,” ujarnya lagi.
El-Yousseph, pensiunan anggota Angkatan Udara Amerika, juga menghargai contoh yang dilakukan para pejabat tinggi Amerika, mulai dari presiden hingga pimpinan cabang-cabang pemerintahan dan militer untuk menjadikan jamuan buka puasa bersama umat Islam sebagai tradisi tahunan mereka. Menurutnya, itikad baik seperti inilah yang dapat meningkatkan kerukunan di kalangan umat beragama.