Sedulurku tercinta, cinta itu sebenarnya adalah suatu penyakit, tetapi justru ia menyelamatkan penderitanya dari setiap penyakit--menjadi obat, jadi bila seseorang menderita penyakit cinta maka ia tidak akan pernah mengalami penyakit lain. Rumi sampai menyatakan: aku telah mati tetapi hidup kembali, aku adalah tangis tetapi kini aku tersenyum, Cinta datang dan mengubahku menjadi keagungan kekal.
Bila melihat kenyataan ini berarti cinta adalah kesehatan rohani, bahkan hakekat kesehatan, dimana para penggila kenikmatan akan membelinya, meskipun dengan mengorbankan seluruh kesenangan dan kenyamanan mereka, sekiranya para penguasa mengetahuinya niscaya mereka akan menghunuskan pedangnya demi meraih cinta itu. Lagi, Rumi lebih lantang bicara: Sungguh cinta tidak butuh alam. Jika terpikat dengan sang Kekasih dan meniadakan yang lainNya dianggap suatu kegilaan, maka aku adalah pemimpin orang-orang yang gila. Semua penderita sakit pasti berharap sembuh, kecuali penyakit cinta yang justru berharap agar penyakitnya semakin "parah". Mereka suka bila kepedihan dan derita mereka semakin bertambah. Dalam cinta, kedengkian mencair sebagaimana garam dalam air. Cinta abadi adalah tongkat sihir, cinta bisa menyihir hati yang membatu dan kering serta karakter-karakter yang membangkang dan culas, lalu menggiringnya ke arah yang dikehendakiNya.
Cinta yang murni akan mengubah musuh bebuyutan menjadi sahabat yang setia dan mengubah kebencian dan permusuhan menjadi kasih dan persahabatan. Cinta mampu membentuk dua kubu yang saling bertarung dan berperang menjadi satu kesatuan dan satu hati, jika ada anggota tubuh yang merasa sakit maka semuanya juga merasa sakit. Bila kita cermati keadaan yang sedemikian dilematis pada berbagai sudut, maka satu hal yang dilupakan adalah berkurangnya cinta yang tidak ditebar di antara manusia. Cinta di hati ini adalah amanat langit yang bisa mensucikan segala yang kotor, tanah liat itu juga mengandung air tetapi tidak bisa dipakai membasuh ke dua tanganmu. Jangan dikira bahwa sesuatu yang berdebar di dada kita adalah hati. Sungguh hati lebih tinggi daripada langit yang tinggi, seperti hati para Nabi dan orang-orang pilihan. Persamaan antara hati yang mati dan hidup hanya dalam kata [penamaan] dan kemiripan fisikal, keduanya dinamakan hati. Seperti penamaan air yang mengalir pada mata air yang jernih dengan air yang mengalir di sungai, keduanya dinamakan air. Begitu juga air yang bercampur tanah dan lumpur serta air yang ada di rawa-rawa, semuanya dinamakan air. Namun air yang pertama dapat memuaskan dahaga dan mensucikan pakaian, sedangkan yang kedua tidak dapat digunakan bahkan untuk cuci tangan atau menghilangkan kotoran dari pakaian. Dari sinilah Rumi menyatakan: Kalian jangan tertipu oleh kata "hati" [jantung], hati bukan organ yang berdebar di dadamu tempat berkumpulnya syahwat dan ambisi. Bukanlah hati, sesuatu yang tidak merasakan cinta dan tidak mengenal makna "yakin" serta tidak memiliki kerinduan.... Kawan-kawan, rasakanlah itu, kalau sudah merasakan maka apa pun peraturan dariNya kita taati lalu akan membawa hati dari alam yang sempit ke alam yang lebih luas, dari cinta ke makhluk menjadi cinta kepada Khaliq, dari sini Cinta akan menjadi obat semua penyakit itu.... Reguklah Cinta, wahai kamu: diriku....http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=202290613150897&id=1797661862¬if_t=like
Cinta yang murni akan mengubah musuh bebuyutan menjadi sahabat yang setia dan mengubah kebencian dan permusuhan menjadi kasih dan persahabatan. Cinta mampu membentuk dua kubu yang saling bertarung dan berperang menjadi satu kesatuan dan satu hati, jika ada anggota tubuh yang merasa sakit maka semuanya juga merasa sakit. Bila kita cermati keadaan yang sedemikian dilematis pada berbagai sudut, maka satu hal yang dilupakan adalah berkurangnya cinta yang tidak ditebar di antara manusia. Cinta di hati ini adalah amanat langit yang bisa mensucikan segala yang kotor, tanah liat itu juga mengandung air tetapi tidak bisa dipakai membasuh ke dua tanganmu. Jangan dikira bahwa sesuatu yang berdebar di dada kita adalah hati. Sungguh hati lebih tinggi daripada langit yang tinggi, seperti hati para Nabi dan orang-orang pilihan. Persamaan antara hati yang mati dan hidup hanya dalam kata [penamaan] dan kemiripan fisikal, keduanya dinamakan hati. Seperti penamaan air yang mengalir pada mata air yang jernih dengan air yang mengalir di sungai, keduanya dinamakan air. Begitu juga air yang bercampur tanah dan lumpur serta air yang ada di rawa-rawa, semuanya dinamakan air. Namun air yang pertama dapat memuaskan dahaga dan mensucikan pakaian, sedangkan yang kedua tidak dapat digunakan bahkan untuk cuci tangan atau menghilangkan kotoran dari pakaian. Dari sinilah Rumi menyatakan: Kalian jangan tertipu oleh kata "hati" [jantung], hati bukan organ yang berdebar di dadamu tempat berkumpulnya syahwat dan ambisi. Bukanlah hati, sesuatu yang tidak merasakan cinta dan tidak mengenal makna "yakin" serta tidak memiliki kerinduan.... Kawan-kawan, rasakanlah itu, kalau sudah merasakan maka apa pun peraturan dariNya kita taati lalu akan membawa hati dari alam yang sempit ke alam yang lebih luas, dari cinta ke makhluk menjadi cinta kepada Khaliq, dari sini Cinta akan menjadi obat semua penyakit itu.... Reguklah Cinta, wahai kamu: diriku....http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=202290613150897&id=1797661862¬if_t=like
Tidak ada komentar:
Posting Komentar